SURABAYA - Pemerintah akan selalu mewaspadai dan memantau tekanan harga komoditas di tingkat global dan memastikan APBN mampu berdiri sebagai
shock absorber, demi menjaga dan mendukung pemulihan ekonomi.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengaku terus mewaspadai perkembangan risiko global yang meningkat akibat tekanan inflasi tinggi yang berkepanjangan.
Baca Juga:
Pemerintah Terima Pajak Kripto Rp 48 Miliar"Kita perlu waspada akan laju inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga SUN 10 tahun, dan harga minyak yang mengalami deviasi dari asumsi yang dibahas di DPR," jelas Sri Mulyani dalam
konferensi pers APBN Kita, Rabu (27/7/2022).
Risiko kenaikan inflasi sudah terjadi di beberapa negara maju. Bahkan, bendahara negara memperkirakan inflasi di negara maju akan tetap bertahan di atas 6% pada tahun ini.
Baca juga:
Pembaruan Sistem Perpajakan Melalui PSIAP"Di negara berkembang, inflasinya diperkirakan mencapai 9,5%. Jadi inflasi makin tinggi, pertumbuhan makin melemah. Ini kombinasi yang tidak baik bagi lingkungan ekonomi global yang harus kita waspadai bisa memengaruhi perekonomian Indonesia," jelasnya.
Sri Mulyani merinci, kenaikan harga pada kelompok makanan lebih disebabkan oleh faktor musiman dari kelompok holtikultura seperti aneka cabai dan bawang merah.
Baca Juga:
Kabar Baik! Pemerintah Perpanjang Insentif Pajak Hingga Desember 2022Sebagai informasi inflasi Indonesia sampai Juni 2022 menyentuh level 3,19% secara
year to date, 0,61% secara bulanan (
month to month), dan 4,35% secara tahunan (
year on year).
apbn